About

Selasa, 21 November 2023

Paku Dulang Paku Serpeh

 "Bang, kamera kemaren itu bukan punya kantor?"

"Bukan bang, punya sekre,"

Udin menjawab pertanyaan Joko, sekenanya, sebenarnya ia malas menjawab, tapi dia jawab juga, meski jawaban itu pendek-pendek.

Saat itu, Joko bersemangat, matanya penuh selidik, dia terus bertanya perihal kamera yang digunakan Udin, dia merasa, janggal, mengapa Udin bisa memakai kamera itu, apa dia diberi atau pinjam saja, tapi karna Udin menjawab sekenanya, dia tak bisa lagi untuk bertanya.

Udin hanya menarik nafas panjang dan dalam, dalam hatinya dia tau, mengapa Joko bertanya seperti itu, tapi Udin juga tidak bisa menuduh, dan hanya menebak dalam hati.

Menurutnya Joko bertanya seperti itu, tentu dia menyangka jika Udin mendapat uang dari kegiatan liputan dari pemakaian kamera itu, padahal tidak ada dia mendapatkan seperti apa yang diduganya, atau pernah juga dia mendengar selentingan Joko mengatakan bahwa Udin sering menggunakan peralatan kantor untuk memperoleh job diluar jam kantor.

masih segar di ingatan Udin, Jika Joko pernah menyisipkan kata "Tukang rusak kamera" bagi dirinya.

Dan jika kamera ada yg rusak, tak pelak, buli tukang rusak kamera itu akan terasa kental dalam setiap bualan dan laporan Joko kepada pihak atasan.

Joko dan Udin memang sama -sama pekerja di sebuah Instansi pemerintah, tapi entah apa yg membuat joko selalu merasa tidak senang dengan Udin, Udin juga belum berjumpa sebab musababnya.

Kini, usai absen pagi sebelum.masuk kantor dia sempatkan duduk di kantin kantornya, kebetulan Joko disitu, tak pelak, pertanyaan yg di khawatirkan Udin keluar juga, dan Udin tau kemana maksud pertanyaannya.

Bergegas udin meninggalkan joko, ia teringat pesan orang bijak, melawan orang bodoh adalah dengan diam, mungkin macam tulah bunyi die, hahaha.

Udin mengangkat gelas teh o yang di pesannya di gerai pak Nasir, meminum sedikit, menarik nafas, dia menunggu bambang, rekan seprofesi dari media lain, tujuannya seperti biasa akan bergerak untuk mencari berita di daerah Bintan, Kabupaten bintan ini agak lumayan jauh dari Tanjungpinang.

Hoi din, lame memunggu?

Bambang menyapa Udin, sambil tangannya memberi kode ke pelayan untuk memesan secangkir kopi.

Eh.. Din, awak tau cerite Joko semalam?

"Tak jawab Udin sekenanya,"

"Semalam kena marah bos dia, ketahuan bawa alat kantor, di pakainya untuk ambil job, besar juga mereka taruh harga. Sampai puluhan juta tuh, "

Bambang bercerita tiba-tiba.

Berdesir darah Udin mendengar ocehan Bambang, bagaimana tidak baru semalam dia di tanya segala macam tetek bengek, perihal kamera, eh, sekarang terbuka kenyataan.

"jadi bagaimana kelanjutannya beng?,"

Udin jadi penasaran, ingin tau lebih

"Ku dengar juga dia kemaren ngerecokin awak pasal kamera ya din, nah sekarang terbukti tuh dia yang main, bawa alat kantor ketauan, kabarnya bakalan di pecat,"

"Ah, sudahlah Benk, jangan mensyukuri kesulitan orang lain, habiskan minum cepat, tumpangan kita dah sampai,"

Udin memintas pembicaraan Bembeng, sebenarnya hatinya lega, tuhan membukakan kenyataan atas kebohongan dan kecurigaan yang di timbulkan joko, meski dia sakit hati, tapi juga tak ingin mensyukuri kesulitan orang lain.

Di mobil tumpangan yang bergerak perlahan ke Bintan, Udin kini paham, bahwa bersangka baik itu lebih baik, karna Tuhan selalu punya cara untuk mebuka keadilan meski kecil sekalipun. Jangan sampai jadi seperti Pantun ini.

"Paku dulang paku Serpeh, ngate orang die yang lebih".

0 comments:

Posting Komentar